Kamis, 08 Juni 2017

Analisis SWOT Kabupaten Gresik

Analisis Kab Gresik

Oke gan, untuk kali ini mimin mau ngebagiin sedikit pengetahuan mimin tentang kabupaten Gresik. Kenapa Gresik? Ya karena mimin orang Gresik, hehe...
Ini sebenarnya hasil tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganeraan (PKn) mimin. Masa'? Kata dosennya sih biar kita pas balik ke daerah masing", kita bisa ngembangin daerah kita. Makanya dalam pembahasan kali ini digunakan analisis SWOT. Kalo nggak tau apa itu SWOT silahkan cari di google aja yah, hehe..
Silahkan menyimak 😁


Kabupaten Gresik

Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten yang terletak di Jawa Timur. Kabupaten Gresik memiliki dua karakteristik yang sedikit berbeda dibanding kabupaten-kabupaten lainnya, khususnya di Jawa Timur. Karakteristik pertama adalah sepertiga wilayahnya merupakan daerah pesisir. Tak hanya itu, menurut topografinya Kabupaten Gresik terletak di wilayah perbukitan yang berada di tepi pantai sehingga penguasa Jenderal Thomas Stamford Raffles (1781-1826) yang menguasai Nusantara kala itu menyebutkan dalam bukunya The History of Java bahwa nama Gresik berasal dari kata “giri” yang berarti bukit dan “gisik” yang berarti tepi pantai. Dua kata tersebut (giri-gisik) dapat diartikan sebagai “bukit di tepi pantai”.
Karakter kedua adalah kabupaten tersebut merupakan wilayah industri. Pada tahun 1957 dibangun pabrik Semen Gresik sebagai pabrik semen pertama dan terbesar di Indonesia. Terlebih sejak tahun 1990-an Kabupaten Gresik dijadikan salah satu kawasan pengembangan “Gerbangkertasusila” yang berarti menjadi penyangga ibukota provinsi Surabaya.
Secara geografis, Kabupaten Gresik terletak di antara 112° sampai 113° Bujur Timur dan 7° sampai 8° Lintang Selatan dan  berbatasan dengan Laut Jawa di utara; Selat Madura di timur; Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Mojokerto di selatan; dan Kabupaten Lamongan di barat.

Kekuatan

1) Kota industri
Sebagai kota penyangga Kota Surabaya yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gresik dapat dibilang memiliki pengaruh yang tidak kecil terlebih sebagai kota industri. Perkembangan industri di Kota Pudak (julukan Gresik) tidak dapat dibendung. Sedikitnya telah berdiri 1.423 industri besar dan kecil di kota tersebut.
Pembangunan ekonomi di Kabupaten Gresik mulai tampak secara signifikan sejak pembentukan “Gerbangkertasusila” (Gresik-Bangkalan-Jombang-Kertosono-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) sebagai satuan wilayah pengembangan (SWP) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional dan Peraturan Daerah (Perda) No. 4 Tahun 1996 tentang RTRW Provinsi Jawa Timur.
Melalui pengembangan Gerbangkertasusila yang diperluas menjadi “Germakertasusila” (Gresik-Madura-Kertosono-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan) setelah difungsikannya Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura), maka  Kabupaten Gresik diarahkan sebagai wilayah utama untuk industri sehingga terkenal dengan industri multimodern. Selain itu, pembentukan SWP tersebut mempercepat pertumbuhan ekonomi disebabkan adanya perhatian dana, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Kabupaten Gresik berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Harga Berlaku mengacu pada Struktur Ekonomi Kabupaten Gresik tahun 2014, didominasi oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 49,69%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 24,74% dan sektor pertanian menyumbang 8,43% (Rudy Djauhanis; 2016).
Pembangunan proyek-proyek industri berdampak pada: (1) memperluas lapangan kerja; (2) menambah devisa negara; (3) menambah pendapatan daerah; dan (4) eco-industrial park.
Khususnya untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD), Gresik adalah yang tertinggi di Jawa Timur. Pada tahun 2015, Gresik menerima pembayaran pajak dari PT Petrokimia Gresik sebesar Rp4,8 miliar, PT Semen Indonesia Rp4,7 miliar, PT PLN PJB sebesar Rp1,2 miliar, PT Wilmar Nabati sebesar Rp642 juta, dan PT Smelting Gresik sebesar Rp542 juta.

2) Wilayah pesisir
Karena sepertiga wilayahnya terletak di pesisir pantai utara, maka  Kabupaten Gresik juga dikenal sebagai kawasan minapolitan. Banyak penduduk di wilayah tersebut yang menjadi nelayan, petambak ikan dan udang, serta petani garam. Wilayah pesisir ini sendiri meliputi lima kecamatan. Sedangkan kawasan pertambakan yang bukan wilayah pesisir terdapat di dua kecamatan lainnya. Banyaknya wilayah pertambakan disebabkan daerahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian di antara 2 hingga 12 meter di atas permukaan laut (dpl), kecuali Kecamatan Panceng yang rata-rata memiliki ketinggian 25 meter dpl.
Komoditas unggulan yang dikembangkan adalah udang vaname. Produksinya pada tahun 2014 mencapai lebih dari 8.500 ton. Di samping itu, ada budidaya udang windu dan bandeng. Tahun 2014, total produksi budidaya perikanan sekitar 99.300 ton (Rudy: 2016).
Selain itu, Gresik sejak zaman Kerajaan Majapahit merupakan kota pelabuhan yang sangat strategis sebab letaknya yang menghadap ke Selat Madura. Lalu lintas di Pelabuhan Gresik terbilang cukup ramai hingga sekarang. Terlebih sekarang tengah dibangun mega proyek Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Pelabuhan Internasional Kalimereng Gresik, sebuah proyek yang mengintegrasikan pelabuhan laut dalam, kawasan industri, dan kawasan hunian ke dalam paket wilayah di Kecamatan Manyar. Kawasan ini sendiri memiliki luas total 2.933 Ha di mana 406 Ha digunakan sebagai pelabuhan laut, 1.761 Ha sebagai kawasan industri, dan 766 Ha untuk kawasan hunian (www.jiipe.com). Proyek ini akan menjadi yang terbesar di Jawa Timur dan Indonesia.

3) Tujuan wisata
Sebagai kota pelabuhan sejak zaman dahulu seperti yang disebutkan di atas, Gresik menjadi daerah utama penyebaran Islam di Jawa. Adalah dua sunan dari sembilan sunan (wali songo) menetap dan menyebarkan Islam di daerah Gresik. Mereka berdua adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim yang dikenal dengan Sunan Gresik dan Raden Ainul Yaqin yang lebih dikenal dengan nama Sunan Giri. Makam dua sunan tersebut hingga sekarang  ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Ini menjadikan Kabupaten Gresik sebagai tujuan wisata religi.
Hal tersebut berdampak pada perokonomian warga sekitar, tepatnya di Kecamatan Kebomas. Para pedagang di areal tersebut terbilang cukup banyak dibanding di kecamatan lain. Selain itu, ada warga yang menjadi tukang parker, tukang ojek, dan penarik dokar (delman) guna membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu, jumlah pengunjung pun relatif banyak, berkisar antara 500-1.000 orang setiap harinya dan meningkatkan pada hari-hari Islam hingga bisa mencapai 2.500 orang. Tentu hal ini berpengaruh bagi warga sekitar.
Selain makam Sunan Gresik dan Sunan Giri, masih ada beberapa tujuan wisata religi seperti makam Sunan Prapen (cucu Sunan Giri), makam Fatimah binti Maimun di Kecamatan Manyar, Kanjeng Sepuh di Kecamatan Sidayu, dan petilasan Sunan Kalijaga di Kecamatan Panceng.
Di samping itu, pondok pesantren yang tersebar di berbagai wilayah di Gresik turut menjaga imej Gresik sebagai Kota Santri. Pada tahun 2012, tercatat ada sekitar 102 pondok pesantren di Kota Pudak. Beberapa di antaranya mempunyai reputasi bagus di masyarakat sekitar Gresik dan memiliki banyak santri.
Adapun wisata alam bahari yang terdapat di Gresik di antaranya adalah Pulau Bawean, Pantai Dalegan di Kecamatan Panceng, dan Muara Bengawan Solo di Kecamatan Ujungpangkah. Sementara itu, terdapat beberapa situs peninggalan sejarah seperti ratusan bangunan kuno di Gresik Kota Lama, Benteng Lodewijk Mengare di Kecamatan Manyar, Situs Gosari di Kecamatan Ujungpangkah, dan Situs Kanjeng Sepuh di Kecamatan Sidayu.

4) Budaya dan tradisi
Selayaknya daerah lain, Gresik memiliki budaya dan keunikannya tersendiri. Contohnya adalah nasi krawu dan pudak yang merupakan kuliner khas Kabupaten Gresik. Di samping itu, termasuk kebudayaan Gresik adalah cangkrukan, yaitu berkumpul dan bersantai bersama di mana umumnya dilakukan oleh para pemuda dan bapak-bapak di warung kopi sambil minum kopi. Budaya ini dapat menjadi ajang silaturahim antar sesama orang di  lokasi tersebut.
Adapun tradisi masyarakat Gresik yang masih dilestarikan adalah “rebo wekasan”, “haul Bungah” di Kecamatan Bungah, “malem selawe”, “pasar bandeng” di Pasar Baru Gresik, dan “nyandran”.
Salah satu keunikan warga Gresik yang sulit ditemukan di tempat lain adalah menimang jajanan ketika akan membelinya. Tentu untuk mencari makanan mana yang lebih berat dan mengenyangkan tanpa harus merogoh kocek lebih.

Kelemahan

1) Masalah kependudukan
Besarnya industri di Gresik memang menggiurkan bagi para perantau untuk mencari peruntungan dan pekerjaan yang layak di sana. Industri Gresik yang terpusat di tiga dari delapan belas kecamatan yang ada di Gresik, yaitu Kecamatan Manyar, Gresik, dan Kebomas, menyebabkan banyak masalah kependudukan. Pada tahun 2012, tercatat penduduk Gresik mencapai 1.307.995 jiwa. Dengan luas wilayah hanya 1.191,25 km2, maka didapatlah kepadatan penduduk 1.098 jiwa/km2.

2) Kesenjangan pembangunan
Terpusatnya kegiatan industri di wilayah kota menyebabkan pembangunan di wilayah tersebut berkembang pesat. Banyak infrastruktur dibangun dan dikembangkan, mulai dari perumahan, rumah sakit, sekolah, dan lainnya. Namun pembangunan di wilayah lain kurang diperhatikan, termasuk akses transportasi di daerah yang jauh dari pusat kota terbilang sulit diakses.

3) Akses jalan
Sebagai kota industri, aktivitas pengiriman barang dalam jumlah besar dan banyak sudah biasa berlangsung setiap hari. Hal tersebut menyebabkan kerusakan jalan, terlebih di wilayah Kecamatan Manyar sebagai pusat aktivitas utama dari kegiatan tersebut. Padahal secara geografi, poros jalan utama di Kecamatan Manyar mayoritas adalah daerah pertambakan sehingga jalan mudah bergelombang dan rusak. Kasus terbaru adalah kerusakan parah sepanjang jalan utama di kecamatan tersebut. Walau telah diperbaiki oleh pemerintah, namun pemerintah bisa dikatakan lambat bertindak dan kurang menaruh perhatian, terlihat dari bahwa jalan penting tersebut tidak dibangun dengan kuat.

4) Masalah lingkungan dan lahan
Munculnya pencemaran lingkungan tentu tak lepas dari dampak banyaknya industri di Gresik. Polusi udara, air, tanah, bahkan polusi suara ada di mana-mana. Bau bahan-bahan kimia yang menyengat yang dihasilkan pabrik dirasakan warga sekitar. Air PDAM di beberapa wilayah menjadi keruh. Selain itu, daerah resapan air berkurang sehingga mengurangi stok air warga.
Selain itu, pendirian pabrik-pabrik baru  jelas mengurangi lahan produktif dan produktivitas lahan pertanian dan pertambakan. Limbah yang dihasilkan pabrik memengaruhi lahan di sekitarnya. Banyak tambak sekitar pabrik di daerah Kecamatan Manyar yang tidak dapat lagi produktif sebab tercemar limbah.

5) Masalah kesehatan
Banyak penyakit yang muncul akibat dari kegiatan industri, mulai dari penyakit pernapasan, kulit, reproduksi, hingga kanker. Yang paling banyak diderita warga adalah gangguan pernapasan sebagai akibat dari asap pabrik dan bau menyengat dari bahan kimia.
Di samping akibat dari industri, masalah kesehatan juga dipicu dari perubahan pola makan sederhana menjadi makanan cepat saji yang mengandung potensi penyakit, seperti tumor dan kanker. Hal ini terjadi sebagai dampak pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan.

Peluang

1) Pengembangan wilayah
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 8 Tahun 2011 telah disetujui Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Disebutkan di dalamnya bahwa Kabupaten Gresik akan dikembangkan menjadi empat wilayah dengan masing-masing arah pengembangan yang berbeda.
a. Wilayah Gresik Utara yang mencakup Kecamatan Bungah, Sidayu, Ujungpangkah, dan Panceng tengah dipersiapkan menjadi kawasan agropolitan, agroindustri, dan minapolitan. Di kawasan itu disiapkan lahan seluas 6.200 Ha guna memenuhi target pengembangan. Termasuk di antaranya adalah rencana pembangunan Universitas Airlangga (Unair) Kampus E di Kecamatan Panceng. Lebih lanjut, kampus ini akan diproyeksikan sebagai ‘Pengembangan Kawasan Bio Industri Berbasis Inovasi Gresik Utara’ yang dikembangkan oleh Polowijo Gosari Group, sebuah perusahaan dari Gresik Utara (news.unair.ac.id).
b. Wilayah Gresik Selatan diproyeksikan menjadi kawasan hunian. Maka disiapkanlah lahan seluas 10.000 Ha di Kecamatan Driyorejo, Wringinanom, Kedamean, dan Menganti. Kawasan tersebut akan menyatukan wilayah Gresik Selatan dengan wilayah Surabaya Barat. Sementara dana yang disiapkan untuk proyek property besar di Jawa Timur tersebut disebutkan mencapai Rp5 triliun.
Wilayah Gresik Kota dilanjutkan pengembangannya sebagai kota industri dengan fokus pembangunan Pelabuhan Kalimereng berskala internasional seperti yang diuraikan sebelumnya. Sejatinya, wilayah ini mencakup Kecamatan Gresik, Kebomas, dan Manyar.
c. Terakhir adalah pengembangan tujuan pariwisata yang dipusatkan di Pulau Bawean. Pengembangan ini diharapkan mampu meningkatkan ekonomi warga sekitar dan membuka ‘isolasi’ pulau  tersebut, mengingat Pulau Bawean kurang tersentuh namun di sisi lain memiliki keindahan alam sehingga nantinya dapat meningkatkan gaungnya. Untuk itu, pemerintah daerah kini telah menyelasaikan pembangunan lapangan terbang perintis di Kecamatan Tambak.

2) Pertumbuhan ekonomi
Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) seperti yang diuraikan di atas, diharapkan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan di masa mendatang. Apalagi dibantu dengan adanya pabrik smelter yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia di Gresik dengan nilai investasi USD 2,3 miliar atau setara dengan Rp30 triliun yang digadang-gadang menjadi smelter terbesar di dunia. Diharapkan proyek ini akan membuka lapangan pekerjaan baru di Gresik.

3) Peningkatan kualitas pendidikan
Pendirian kampus E Universitas Airlangga (Unair) –seperti yang  disebutkan sebelumnya- diharapkan mampu menjadi momentum untuk meningkatkan mutu pendidikan dan transfer ilmu beserta aplikasinya di Gresik, khususnya di daerah Kecamatan Panceng, Dukun, dan Ujungpangkah. Pemerintah juga diharapkan akan memperhatikan pembangunan di wilayah tersebut, termasuk akses jalan dan perekonomian serta fasilitas umum lainnya. Lebih lanjut, ini bisa dimanfaatkan warga masyarakat Kecamatan Panceng dan daerah sekitarnya untuk meningkatkan ekonomi. Seperti di lingkungan kampus yang sudah ada di daerah lain, masyarakat bisa membangun kos-kosan mahasiswa, rumah makan, dan lain sebagainya untuk meningkatkan ekonomi dan mengenalkan budaya Kabupaten Gresik sehingga nantinya mengangkat citra Kabupaten Gresik sebagai salah satu kota pendidikan dan berbudaya.

4) Pertambahan akses jalan
Jembatan baru Sembayat yang tengah berlangsung di atas sungai Bengawan Solo yang membatasi Kecamatan Bungah dan Manyar ini merupakan upaya pemerintah kabupaten (Pemkab) Gresik dalam merespon meningkatnya aktivitas lalu lintas akibat pertumbuhan industri di Gresik, terlebih setelah pembangunan JIIPE. Pembangunan jembatan yang ditargetkan rampung pada 2019 ini membawa ekspektasi dalam memperlancar lalu lintas masyarakat dan aktivitas pemasaran berbagai produk dari wilayah Gresik Utara, seperti songkok dan hasil budidaya perikanan, ke wilayah Gresik Kota ataupun ke Kota Surabaya. Begitupun sebaliknya.

5) Pertambahan objek wisata baru
Rencana pemkab Gresik untuk mengembangkan potensi pariwisata di Pulau Bawean merupakan hal yang dinanti-nanti warga Gresik. Sebab selama ini Kabupaten Gresik kurang memiliki wisata alam yang bervariasi. Hal ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengenalkan rusa Bawean yang merupakan ikon Kabupaten Gresik. Selain Pulau Bawean yang memang indah, Bendungan Gerak Sembayat di sisi barat Kecamatan Bungah juga berpotensi menjadi jujukan wisata baru. Tinggal promosi dan akses yang perlu dilakukan guna mengenalkannya sehingga dapat menjadi tujuan wisata dan meningkatkan perekonomian warga.

Hambatan

1) Berkurangnya minat untuk melanjutkan pendidikan
Seiring pesatnya perkembangan industri di Kabupaten Gresik, banyak siswa sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat yang memilih bekerja di pabrik. Hal ini berpotensi menghambat kemajuan Kabupaten Gresik dalam transfer ilmu oleh masyarakat Gresik sendiri. Jika dibiarkan terus-menerus tanpa ada upaya penyadaran, tidak tertutup kemungkinan akan banyak masyarakat Gresik yang hanya menjadi buruh pabrik dan tidak menjadi ‘tuan’ di daerah sendiri.

2) Pergeseran budaya
Banyaknya perantau dan pesatnya industri membuat perubahan besar pada perilaku dan pola pikir masyarakat Gresik, termasuk menggerus budaya. Yang paling kentara adalah mulai ditinggalkannya mainan tradisional oleh anak-anak dan beralih ke gadget modern. Di lain itu, budaya cangkrukan di mana seharusnya dijadikan ajang ngobrol bareng malah menjadi individualis disebabkan sibuk memerhatikan gadget masing-masing, ditambah lagi warung kopi sekarang turut ‘mengamini’ hal tersebut dengan memasang Wi-Fi.
Dewasa ini, banyak anak-anak dan remaja yang ikut cangkrukan bersama orang dewasa yang perokok. Maka di sini timbul kekhawatiran bahwa anak-anak dan remaja mulai mengenal rokok dan mengkonsumsinya karena ajakan lingkungan yang sebenarnya rokok sangat berbahaya bagi mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar