Sebuah broadcast di jejaring sosial akhir-akhir ini santer 'memotivasi' untuk tidak memedulikan omongan orang lain. Isinya bahwa omongan orang lain hendaknya hanya dijadikan sebagai angin lalu tanpa perlu diacuhkan. Mengomentari urusan orang lain dianggap tidak penting, membuang waktu, menyia-nyiakan tenaga, dan tidak bermanfaat apa-apa bagi sang komentator. Pun begitu sebaliknya dengan orang yang dikomentari, tidak ada gunanya mendengar omongan orang, hanya menghambat pekerjaan dan karirnya semata.
Menulislah! Anda akan melambung tinggi di angkasa dan ide Anda akan tetap membumi di dunia
Kamis, 09 November 2017
Rabu, 08 November 2017
secuil prihatin petani
Tiada penerus bagi petani
Mayoritas anak petani, dan anak-anak lain, disekolahkan tinggi-tinggi adalah untuk menjauhi profesi petani. Sebenarnya apa sih yang salah dengan profesi petani yang mulia ini? Bukankah petani adalah pahlawan umat manusia, yang memenuhi kebutuhan pangan manusia? Apa jadinya bila beberapa dekade mendatang petani adalah 'sesosok pahlawan' yang langka dan jarang ditemui, sedangkan yang berkeliaran adalah para pekerja sektor formal yang mungkin hanya mengurusi kebutuhan sekunder manusia? Apakah manusia kelak bisa hidup dan dikenyangkan hanya dengan gadget dan koneksi internet?
Langganan:
Postingan (Atom)