![]() |
Gambar hanya pemanis |
Terus
terang, kadang saya yang masih jomblo ini merasa terdiskriminasi dengan
kata-kata manis mereka dengan menikah adalah sunnah nabi yang cenderung
diarahkan kepada kaum jomblo. Apa kalimat itu salah, Johny? Itu tergantung,
Ngatmijan. Memang menikah adalah salah satu sunnah nabi. Tapi apakah tendensinya
bijak? Sekali lagi, menikah memang sunnah. Nabi sendiri pun pernah berkata
dalam salah satu hadisnya bahwa menikah adalah salah satu sunnahnya, dan
barangsiapa yang membenci sunnahnya maka bukan dari umatnya (HR Bukhari no.
5063 kitab nikah, HR Muslim, HR Annasai). Tapi saat kalimat menikah adalah sunnah
ini disandingkan dengan kata muda atau pemuda, maka dengan sudut pandang lain
dapat dibaca bahwa seolah-olah pemuda-pemudi yang belum menikah tidak
mengamalkan sunnah nabi. Paham, Kartolo?
Loh
tapi kan ada hadis-hadis lain yang menganjurkan menikah, Ferdinand? Memang iya
ada banyak hadis dan ayat al-Quran yang menganjurkan pernikahan, termasuk
menyegerakannya khususnya bagi pemuda. Dan memang kata darah muda lagi
bergeloranya, panas-panasnya. Dan nikah adalah sarana yang tepat untuk menghalalkan
gelora itu. Bukan begitu, Arjuna?
Sebenarnya
tulisan ini pada awalnya saya tujukan untuk orang-orang yang tengah keasikan
hijrah cinta dengan nikah muda. Tapi tulisan di atas kok malah menyinggung
dalil, sih? Ya biar intronya agak ndalil gitu, heuheu.
Nikah
muda memang pilihan. Nikah agak lewat dari usia muda juga pilihan. Ini
yang harus dipahami. Agak risih juga kalau sampai ada orang yang lagi kesengsem
nikah muda terus memojokkan, mendeskritkan, menyindir, apalagi menghina kami
kaum jomblo atau saudara seperjuangan yang memang berencana menikah agak nanti
alias lewat usia 25 tahun.
Dari
beberapa yang saya amati, para pendakwah nikah muda tidak jarang berkoar agar
jangan takut nikah muda, toh orang-orang dulu nikahnya juga muda, banyak yang
belum sampai umur 20 malah. Bener juga sih. Tapi apa ndak
mikir, John, kalau orang dulu itu kualitasnya beda dengan anak zaman now?
Data kuantitatif sama, sama-sama muda kisaran usia 20 tahun. Tapi apa nggak
mikirin kalau orang-orang tua dulu tuh sudah matang, dewasa,
karena sejak kecil mereka sering bantu kerja keras, kayak bertani,
beternak, dll, bukan nyapu ngepel doang. Bandingkan dengan pemuda zaman
sekarang yang cenderung sudah mulai mengenal kemanjaan zaman hasil dari
perkembangan ekonomi dan budaya serta teknologi yang serba memudahkan, saya
kira masih ada lumayan banyak pemuda-pemudi yang belum mencapai tingkat
kedewasaan dan kemandirian (yah meskipun masih ada pemuda-pemudi yang masa
kecilnya disuruh untuk membajak sawah dsb). Alhasil, dengan kuantitas yang sama
(kisaran usia yang sama) namun kualitas berbeda (tingkat kematangan,
kedewasaan, kemandirian, dst). Jadi, jangan buru-buru menggunakan argumen ini,
Tasmian!
Saya
sendiri berpikiran bahwa menikah itu juga butuh kesiapan materil, dalam arti
salah satu pihak sudah bekerja atau minimal akan sudah bekerja dan benar-benar
mau bekerja. Ini nikah apa nyari duit, Julaekha? Lagian kan menikah
itu juga membuka rezeki, jadi gak
perlu khawatir lah! Lah memang hidup setelah menikah menuntut suami-istri baru
yang lagi kasmaran untuk hidup mandiri, minimal menunggu setoran dari Pak Bos,
bukan dari orangtua. Saya tidak mempermasalahkan berapa batas minimal gaji atau
penghasilan, asal mau berusaha maka saya respek. Tapi kalau belum pernah
berusaha dan ogah-ogahan berusaha mencari nafkah, lah mau makan apa, Cong? Makan
nasi lah, Gun. Nasi ya nasi, tapi emang situ petani, Cong? Rasul
saja nikahnya pas umur 25 tahun (yang pada saat itu secara sudah matang
lahir-batin, mapan sebagai pedagang lagi).
Saya sih berusaha memahami alasan para pendakwah hijrah cinta
yang menyeru manusia kaum muda untuk segera menikah. Pacaran. Ya. Itu adalah
salah satu alasan terbesar para pendakwah ini. Memang sih mau diakui
atau tidak, pacaran yang tidak menyehatkan alias terkontaminasi “apa yang di
bawah pusar dan di balik kolor” alias kebablasan banyak memberi siraman rohani
syahwat di pelosok Indonesia tercinta ini. Bahkan beberapa murid SMP & SMA
sudah mengandung jabang bayi. Astaghfirullah al-adzim.... Nyebut, Mbok! Nyebut!
Pada akhirnya saya juga mengapresiasi dakwah ini, asal tetap tidak sekali-kali
menyudutkan kami kaum jomblo, apalagi mengatakan kami tidak mengikuti sunnah Rasul
bahkan menghujat agama... Astaghfirullah (lagi). Salah sendiri milih jomblo,
Tong! Husshhh... Tuman.
Abrakadabra...
Rasulullah Saw yang cinta umatnya, selain memberi solusi dengan menikah, juga memberi
alternatif untuk berpuasa. Dengan berpuasa, tentu dengan puasa yang benar,
bukan hanya menahan makan dan minum thok, tapi juga menahan segala macam
hawa nafsu, gelora panas darah muda dapat diredam. Yoi kan? Jadi ini yang
memang harus disadari dan digelorakan jomblowan dan jomblowati untuk berpuasa
wajib dan sunnah. Alhamdulillah, ya, bahwa semakin banyak warung dan kedai
makan yang sekarang terus berinovasi untuk memotivasi kalangan pemuasa
sunnah, salah satunya menggratiskan makanan buka puasa... yuhuiii...
Saya
pribadi (bukan mewakili kaum jomblo karena saya bukan jubir organisasi jomblo
dan tidak ikut kegiatannya) juga bisa saja mewanti-wanti kalian yang memandang
nikah muda adalah solusi dari segala solusi hasrat cinta usia muda dan
memandang sinis kami yang tidak sehaluan dengan kalian dengan pernyataan: Menikah
adalah urusan terbesar bagi laki-laki dan perempuan. Menikah bukan hanya
menyatukan dua insan berbeda jenis dalam satu ikatan, apalagi hanya sebagai
kedok penghalal nafsu semata. Lebih dari itu, menikah adalah menyatukan dua
keluarga, membina rumah tangga yang samawa, proses menjalankan dan memperbaiki
ibadah ritual dan ibadah sosial, dan meneruskan generasi yang salih individual
dan salih sosial. Maka menikah membutuhkan kematangan, kedewasaan, dan
persiapan, baik material, emosional, dan spirital. Jika menikah hanya sekedar
dijadikan kedok penghalal hubungan seksual saja, maka pernikahan itu lemah di
hadapan moral sebab mendegradasi sakralitas pernikahan, dan hanya bentuk
kemunafikan menjalankan sunnah dengan kata-kata manis membawa nama agama
Huuuft
panjang juga ya nasehatnya heuheuheu... Sebelum berakhir, saya mengingatkan
agar kita semua saling menghormati piliihan masing-masing. Yang memang minat
dan niat nikah muda ya monggo, jangan mendiskreditkan kami yang tidak
sehaluan dengan kalian. Yang ingin nikahnya agak entaran karena ingin
meneruskan pendidikan atau meniti karir ya monggo, jangan mengolok-olok
yang menikah muda, apalagi menganggap mereka baru pacaran. Heuheu...
Terakhir, saya mengutip dari sebuah gambar
yang mengatasnamakan Sabrang Mowo Damar Panuluh alias Noe Letto (karena saya
belum klarifikasi ybs secara langsung) yang bertuliskan: Kalau tujuanmu
menikah adalah untuk mencari bahagia, maka itu salah. Kamu sudah harus
menemukan bahagiamu dari dalam dirimu sendiri, sehingga ketika sudah menikah,
yang terjadi adalah saling berebut berbagi kebahagiaan, bukan saling menuntut
kebahagiaan.
Gresik, 6 Februari 2019
Terbaik kakanda.. Memotivasi sekali 😊 Lanjutkan.. (jomblonya) 😂
BalasHapusAkhirnya ada tulisan pengobat hati para jomblo😂😂
BalasHapusJadi tuan kapan menikah? Hihi
BalasHapus